Sabtu, 25 Januari 2014
In:
Materi TIK
Makalah Anak Berbakat
A. PENGERTIAN ANAK BERBAKAT
Batasan anak berbakat secara umum adalah “mereka yang karena
memilikikemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang
tinggi”.Istilah yang sering digunakan bagi anak-anak yang memiliki
kemampuan-kemampuan yang unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya di atas
rata-rata anak normal, diantaranya adalah; cerdas, cemerlang, superior,
supernormal, berbakat, genius, gifted, gifted and talented, dan super. Daniel P.
Hallahan dan James M. Kauffman (1982; 376) mengemukakan “Besides the word
‘gifted’ a variety of other terms have be en used to describ individuals who
are superior in some way : “talented, creative, genius, and precocious, for
example”. Precocity menunjukkan perkembangan yang sangat cepat.Beberapa anak
gifted memperlihatkan precocity dalam area perkembangan sepert;
bahasa, musik, atau kemampuan matematika.
Martison dalam SC. Utami Munandar (1982; 7) memberikan
batasan anak berbakat sebagai berikut; “Anak berbakat ialah mereka yang
diidentifikasi oleh orangorang profesional memiliki kemampuan yang sangat
menonjol, sehingga memberikanprestasi yang tinggi.Anak-anak ini membutuhkan
program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program
sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri
maupun terhadap masyarakat”.David G. Amstrong and Tom V. Savage (1983; 324)
mengutip dari Public Law 91-230 (United States Statutes at Large 1971, p. 153)
sebagai berikut : (1) The ter, “gifted and talented children” mean, in
accordance with objective criteria prescribed by the commissioner, children who
hav outstanding intelectual ability or creative talent, the development of
which requires special activities or services not ordinarily provided by local
educational agencies. Coleman (1985) mengemukakan secara konvensional anak
berbakat adalah “mereka yang tingkat intellegensinya jauh di atas rata-rata
anggota kelompoknya, yaitu IQ = 120 ke atas”. Sedangkan Renzulli (1979) melalui
teorinya yang disebut “Three Dimensional Model” atau “Three-ring Conception”
tentang keberbakatan. Keberbakatan mencakup tiga dimensi yang saling
berkaitan,yaitu (a) kecakapan di atas rata-rata, (b) kreativitas, dan (c)
komitmen pada tugas.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa anakberbakat itu disamping memiliki kemampuan intelektual tinggi, juga
menunjukkan penonjolan kecakapan khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak
yang satu dengan anak lainnya. Anak ini disebut juga “gifted and talented” yang
berarti berbakat intelektual. Di sini kita harus membedakan antara bakat
sebagai potensi bawaan dan bakat yang telah terwujud dalam prestasi yang
tinggi. Semua anak berbakat mempunyai potensi yang ungul, tetapi tidak semuanya
telah berhasil mewujudkan potensi unggul tersebut secara oftimal.
Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah
mengalami berbagai perubahan, dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup
kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif., bahkan
menurut Clark (1986) dalam Conny Semiawan (1994), kreativitas adalah ekpresi
tertinggi keberbakatan.
Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan,
bahkan bagi sementara ahli sifat-sifat anak berbakat tersebut bercirikan
“cultur bound” (dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian ada dua
petunjuk kunci dalam mengamati dan mengerti keberbakatan tersebut yaitu :
1) Keberbakatan itu adalah ciri-ciri
universal yang khusus dan luar biasa yang dibawasejak lahir maupun yang
merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungannya.
2) Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh
kebutuhan maupun kecenderungankebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu
hidup. (Conny semiawan; 1994 :40).
B. CIRI – CIRI ANAK BERBAKAT
Apabila seorang anak memiliki 18 ciri dari 25 ciri berikut,
maka anak tersebut dapat digolongkan anak berbakat.
- Membaca
pada usia lebih muda
- Membaca
lebih cepat dan lebih banyak
- Memiliki
perbendaharaan yang luas
- Mempunyai
rasa ingin tahu yang kuat
- Mempunyai
minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa
- Mempunyai
inisiatif dan dapat bekerja sendiri
- Menunjukan
keaslian dalam ungkapan variable
- Memberi
jawaban – jawaban yang baik
- Dapat
memberikan banyak gagasan
- Luwes
dalam berfikir
- Terbuka
terhadap rangsangan – rangsangan dari lingkungan
- Mempunyai
pengamatan yang tajam
- Dapat
berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas
atau bidang yang diminati
- Berpikir
kritis, juga terhadap diri sendiri
- Senang
mencoba hal – hal yang baru
- Mempunyai
daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
- Senang
terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan – pemecahan masalah
- Cepat
menangkap hubungan sebab akibat
- Berperilaku
terarah pada tujuan
- Menpunyai
daya imajinasi yang kuat
- Mempunyai
banyak kegemaran
- Mempunyai
daya ingat yang kuat
- Tidak
cepat kuat dengan pretasinya
- Peka
serta menggunakan firasat
- Menginginkan
kebebasan dalam gerkan dan tindakan
C. KLASIFIKASI ANAK BERBAKAT
Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat
diklasifikasikanmenjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro
(1984; 29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius.Ketiga kelompok anak tersebut
memiliki peringkat ketinggian intellegnsi yang berbeda.
1. Genius :
Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa,
sehingga dapatmenciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya.Intelligence
Quotien-nya (IQ) berkisar antara 140 sampai 200.Anak genius memiliki
sifat-sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai
banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di
samping memiliki sifat-sifat positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya;
cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi
sehingga cepat bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri
karena sibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang
lain.
2. Gifted :
Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang
tingkatkecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ
tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama,
dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki
karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu,
imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.
3. Superior :
Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110
sampai dengan 125sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi.Anak superior
memiliki karakteristik sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat
membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat
perhatian dari temantemannya.James H. Bryan and Tanis H. Bryan (1979; 302)
mengemukakan bahwa karakteristik anak berbakat itu (gifted) meliputi; physical,
personal, and social characteristics. Sedangkan David G. Amstrogn and Tom V.
Savage (1983; 327) mengemukakan; “Gifted and talented students are individuals
who arecharacteristized by a blaned of (1) high intelligence, (2) high task
comitment, and (3) high creativity. Secara umum hampir semua pendapat itu sama,
bahwa anak berbakat memiliki kemampuan yang tinggi jika dibandingkan dengan
anak-anak pada umumnya.
Hasil studi lain menemukan bahwa “Anak-anak berbakat
memiliki karakteristik belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka
cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan menggunakannya secara
luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran,
cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-dalil dan
formulaformula, tajam kemampuan analisisnya, membaca banyak bahan bacaan (gemar
membaca), peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, kritis dan
memiliki rasa ingin yang sangat besar” (Renzuli, 1979, Fahrle dkk.; 1985,
Galagher, 1985, Maker; 1982) dalam Dedi Supriadi (1992; 9).
D. KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT
Apabila dilihat dari kemampuan –kemampuan yang membedakan
mereka dari anak-anak sebayanya, maka kita akan menemukan karakteristik –
karakteritik berikut pada anak-anak berbakat.
Karakteristik kognitif
- Kualitas
luar biasa di informasi
- Ingatan
yang kuat
- Kebiasaan
perubhan minat & keinginan kemampuan menghasilkan ide-ide dan solusi
yang asli’
Karakteristik bahasa
- Kemampuan
verbal
- Perkembangan
yang tinggi pada pengenalan bahasa dan penulisan bahasa.
- Perkembangan
yang baik pada perkembangan sensorik
- Tidak
kebal untuk keretakan kekurangan integrasi di antara pikiran dan badan.
Karakteristik afektik
- Pendekatan
evaluasi terhadap diri sendiri dan lainya.
- Gigih,
tujuan perilaku tak langsung.
- Kepekaan
yang tak bias untuk harapan & perasaan orang lain.
- Tingginya
kesadaran diri, menyesuaikan dengan perbedaan perasaan.
- Perkembangan
awal dalam focus of control dan kepuasan kedalam dan identitas
emosional yang tidak biasa.
- Harapan
yang tinggi dan lainya, sering menuju tingkat frustasi dirinya, lainya dan
situasinya.
- Kemampuan
tingkat perkembangan moral.
- Kemajuan
kognitif dan kapasitas afektif dan konseptualisasi dan pemecahan masalah
sosial.
E. IDENTIFIKASI ANAK BERBAKAT
Pengertian kontemporer tentang keberbakatan memang telah
demikian berkembang dan kriterianya sudah lebih multidimensional daripada
sekedar intelegensi (umum, atau “g faktor” menurut Spearman) seperti yang
pernah digunakan oleh Terman.IQ hanya salah satu kriteria keberbakatan. Dengan
perluasan kriteria ini, persoalan identifikasi anak-anak berbakat menjadi lebih
rumit dan harus menggunakan beragam teknik dan alat ukur, Idealnya semua
kriteria tersebut harus dideteksi dengan menggunakan teknik dan prosedur,
karena menurut berbagai studi tidak semua dari faktor-faktor itu berkorelasi
satu sama lain. Misalnya IQ dan kreativitas.
Keberbakatan itu bersifat multidimensional, kriterianya
tidak hanya intelligensi, melainkan kreativitas, kepemimpinan, komitmen pada
tugas, prestasi
akademik, motivasi dan lain-lain. Renjuli dkk. (1979) dalam
Dedi Supriadi (1992; 10)
mengembangkan skala yang disebut Scales for Rating
Behavioral Characteristices of
Superor Students (SRBCSS) yang mencakup sepuluh
karakteristik; beilajar, motivasi,eativitas, kepemimpinan, artistik, musik.
drama, komunikasi, komunikai eksprsif, dan perencanaan. Penjaringan terhadap
keberbakatan intelektual dalam kelompok populasi tertentu pada umumnya bertolak
dari perkiraan kurang lebih 15 % sampai 25 %
populasi sampl yang secara kasar merupakan identfikasi
permulaan dalam menghadapi seleksi yang lebih cermat.
Penjaringan keberbakatan bisa menggunakan nominasi
gurutentang kemajuan sehari-hari siswa, namun bisa juga melalui penilaian
beberapa mata pelajaran tertentu tergantung dari tujuan penjaringan.
Penjaringan atau penyaringan dapat juga menggunakan tes psikologis yang
didasarkan pada beberapa aspek tertentu, tetapi yang paling penting hsrus
diketahui untuk keperluan apa tes dilakukan. Tujuan akanmemberikan dasar
terhadap penilaian, kemampuan, sifat, sikap atau prilaku seseorang. Kepada anak
harus diberitahukan bahwa penilaian yang baik akanmenempatkan dia pada posisi
yang menguntungkan dalam arti tidak akan menuntut dia melakukan pekerjaan atau
kinerja yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Identifikasi ini biasanya
berguna bagi peramalan tentang kinrja tertentu di dalam waktu yang akan datang.
Pola dan tahap identifkasi yang dilakukan di muka, yang
terdiri dari penjaringan dan penyaringan sebagai identifikasi kasar yang kemudian
diperhalus melalui suatu proses seleksi memiliki berbagai variasi, tergantung
dari keperluan Dengan demikian kini klasifikasi bakat juga mencakup
kreativitas, motivasi dan kepemimpinan.
Beberapa permasalahan dalam identifikasi diantaranya masih
banyak pelanggaran terjadi dalam aplikasi prinsip-prinsip identifikasi.
Beberapa penyalahgunaan prinsip identifikasi antara lain, adalah perbedaan
antara “gifted dan talen..Dengan menyusun suatu hierarkhie pengertian dengan
menunjuk kepada pengertian kemampuan umum intelektual yang diukur oleh tes
intellegensi bagi pengertian keberbakatan, dan bakat khusus akademis serta
kemampuan kepemimpinan dan bakat seni untuk pengetian talen.
Sistem identifikasi SEM, ciptaan Renzulli agak berbeda
dengan yang lain, ia mengemukakan 6 langkah identifikasi, yaitu sebagai berikut
:
- Beranjak
dari penjaringan berdasarkan skor tes, tetapi mereka yang belum
terjaringtidak seluruhnya ditinggalkan, karena ingin menjangkau kurang
lebih 15 % daripopulasi. Semua anak yang skornya di atas persentil ke 85
biasanya akan terjaring melalui tes inteligensi yang telah
terstandardisasikan. Untuk memberi peluang padakelompok yang lebih luas,
kita membagi “pool” keberbakatan menjadi dua bagiandan semua siswa yang
skornya di atas persentil ke 92 (menurut norma lokal) padaumumnya sudah
otomatis termasuk “pool” tersebut, dan biasanya terdiri dari 50 %jumlah
populasi sampel. Skor tes yang dimaksud biasanya suatu tes inteligensi
atautes hasil belajar atau tes bakat tunggal, yang memberi peluang pada seseorang
yangbaik dalam bidang tertentu, tetapi mungkin tidak baik dalam bidang
yang lain, untukdapat dimasukkan dalam “pool” tersebut. Ciri utama
keberbakatan, yaitukemampuan di atas rata-rata keterlekatan pada tugas dan
kreativitas dapat dijaringmelalui aspek psikometrik, aspek perkembangan,
aspek kinerja dan aspeksosiometrik dengan berbagai alat.
- Langkah
kedua merupakan nominasi guru yang bagaimanapun juga harus dihargaisama
dengan hasil skor tes. Dalam nominasi ini digunakan skala penilaian
(ratingscale) untuk memperoleh gambaran tentang profil kemampuan anak.
- Langkah
ketiga adalah cara alternatif lain, yang bisa merupakan nominasi
temansebaya, nominasi orang tua atau nominasi diri, maupun tes
kreativitas. Kalau padaskor tes yang tinggi nominasi itu secara otomatis
bisa diterima, tidaklah demikianpada langkah ketiga yang harus melalui
suatu panitia peneliti.
- Langkah
keempat adalah nominasi khusus yang merupakan review terakhir darimereka
yang sebelumnya tak terlibat dalam nominasi-nominasi tersebut. Merekamemperoleh
seluruh daftar nominasi hasil langkah kesatu sampai langkah ketigadan
boleh menambah nominasi orang lain, bahkan juga boleh mengusulkan
untukmembatalkan nominasi tertentu berdasarkan pengalaman tertentu dengan
anaktertentu.
- Langkah
kelima adalah nominasi informasi tindakan, proses ini terjadi bila
gurusetelah memperoleh penataran dalam pendidikan anak berbakat, dapat
melakukaninteraksi yang dinamis, sehingga meningkatkan motivasi dan
interes anak untuksuatu topik atau bidang tertentu di sekolah ataupun di
luar sekolah.
- Langkah
keenam adalah penyaringan melalui tes dan menjadi cara yang populer,antara
lain karena menghargai kriteria non tes. Tetapi lebih dari itu
potensi-potensiyang terjaring dari seluruh populasi sekolah telah memberi
peluang pada anak lainyang bukan karena kemampuan umumnya, melainkan
mungkin karena sebab lainyang biasanya tidak terjaring oleh skor tes,
untuk tetap diperhatikan dandimasukkan dalam “pool” anak berbakat sekolah
tersebut. (Conny Semiawan; 117-122).
Alat yang dapat dipergunakan dalam melakukan identifikasi
anak berbakatdiantaranya adalah :
- Kemampuan
intelektual umum; Galton dalam Conny Semiawan (1994;
124)“Pengukuran kemampuan intelektual umum diperoleh melalui pengukuran
kekuatanotot, kecakapan gerak, sensitivitas terhadap rasa sakit,
kecermatan dalampendengaran dan penglihatan, perbedaan dalam ingatan dan
lain-lain yang semuadisebut “tes mental”.
- Tes
inteligensi umum; Salah satu perkembangan yang amat penting
dalampengmbangan pengukuran intelegensi adalah timbulnya skala Wechsler
dalammengukur inteligensi orang dewasa dengan menggunakan norma tes
bagiperhitungan IQ yang menyimpang.
- Tes
kelompok kontra tes individual; Tes kelompok lebih banyak
digunakan dalamsistem pendidikan, pelayanan pegawai, industri dan militer.
Tes kelompokdirancang untuk sekelompok tertentu, biasanya tes kelompok
menyediakan lembar jawaban dan “kunci-kunci” tes. Bentuk tes kelompok
berbda dari tes individualdalam menyusun item dan kebanyakan menggunakan
item pilihan ganda.
- Pengukuran
hasil belajar; Tes ini mengukur hasil belajar stelah mengikuti
prosespendidikan. Tes hasil belajar ini berbeda dengan tes bakat, tes
inteligensi, tes hasilbelajar pada umumnya merupakan evaluasi terminal
untuk menentukan kedudukanindividu setelah menyelesaikan suatu latihan
atau pendidikan tertentu.Penekanannya terutama pada apa yang dapat
dilakukan individu saat itu setelahmendapatkan pendidikan tertentu.
- Tes
hasil belajar individual; Pada umumnya tes hasil belajar adalah
tes kelompokyang bermaksud membandingkan kemajuan belajar antar individu
sebaya, namun disini hanya hasil belajar individual saja. Di Indonesia
sering menggunakanpengukuran acuan norma (PAN) dan pengukuran acuan kriteria
(PAK).Di Indonesia nampaknya diperlukan adanya standarisasi secara
nasionaluntuk prosedur identifikasi anak berbakat ini. Isu sentral dalam
hal ini ialah bagaimanamenemukan model yang dianggap paling efektif dari
segi hasil (daya ramal terhadapperformasi peserta didik kemudian) tetapi
efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Halini disebabkan karena
kondisi sarana pendidikan, akses terhadap lembaga-lembagapemeriksaan
psikologis, dan kemampuan guru yang sangat beragam di Indonesia,sementara
perhatian kepada anak-anak berbakat merupakan persoalan pendidikansecara
nasional.
F. LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK
BERBAKAT
1. Kurikulum
Selain masalah kriteria dan prosedur identifikasi, perhatian
khusus kepada anak berbakat melibatkan beberapa dimensi lain, seperti
dikemukakan oleh Dedi Supriadi (1992; 11) yaitu; “Perancangan kurikulum,
penyediaan sarana pembelajarannya, model perllakuannya, kerjasama dengan
keluarga dan pihak luar, serta model bimbingan dan konselingnya”.
Kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat mengacu pada
penanjakan
kehidupan mental melalui berbagai program yang akan
menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar
intelektual pada tingkat tinggi. Dilihat dari kebutuhan perkembangan anak
berbakat, maka kurikulum berdiferensiasi memperhatikan perbedaaan kualitatif
individu berbakat dari manusia lainnya.Dalam kurikulum berdeferensiasi terjadi
penggemukan materi, artinya materi kurikulum diperluas atau diperdalam tanpa
menjadi lebih banyak.Secara kualitatif materi pelajaran berubah daalam
penggemukan beberapa konsep esensial dari kurikulum umum sesuai dengan tuntutan
bakat, perilaku, keterampilan dan pengetahuan serta sifat luar biasa anak
berbakat.
Dengan demikian, kurikulum pendidikan seyogyanya bisa
mengakomodasi dimensi vertikal maupun horisontal pendidikan anak.Secara
vertikal, anak-anak berbakat harus dimungkinkan untuk menyelesaikannya pendidikannya
lebih cepat.Secara horisontal, disediakan program pengayaan (enrichment),
dimana siswa berbakat dimungkinkan untuk menerima materi tambahan, baik dengan
tugas-tugas maupun sumber-sumber belajar tambahan, baik dengan tugas-tugas
maupun sumber-sumber belajar tambahan.
2. Model Pembelajaran
Untuk layanan pendidikan terhadap anak berbakat ini ada
beberapa model
yang dapat digunakan, yaitu; pengayaan, percepatan, dan
segregasi. Hal ini seperti
yang dikemukakan oleh Philip E. Veron (1979; 142) sebagai berikut;
“Acceleration,segregation, and enrichment”. Sedangkan David G. Amstrong and Tom
V. Savage
(19883; 327) mengemukakan dua model, yaitu; “Enrichment and
acceleration”.
Penjelasan dari mode-model di atas adalah sebagai berikut :
Pengayaan (enrichment)
Dalam model enrichment ini anak mendapatkan pembelajaran
tambahan sebagai pengayaan.Pengayaan ini dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitu sebagaiberikut :
a) Secara vertikal;
Cara ini untuk memperdalam salah satu atau sekelompok mata
pelajarantertentu.Anak diberi kesempatan untuk aktif memperdalam
ilmuPengetahuan yang disenangi, sehingga menguasai materi pelajaran secaraluas
dan mendalam.
b) Secara horizontal;
Anak diberi kesempatan untuk memperluas pengetahuan dengan
tambahanatau pengayaan yang berhubungan dengan pelajaran yang sedang
dipelajari.
Percepatan (scceleration)
Secara konvensional bagi anak yang memiliki kemampuan
superiordipromosikan untuk naik kelas lebih awal dari biasanya. Dalam
percepatan iniada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut :
a) Masuk sekolah lebih awal/sebelum
waktunya (early admission), misalnyasebelum usia 6 tahun, dengan catatan bahwa
anak sudah matang untukmasuk Sekolah Dasar.
b) Loncat kelas (grade skipping)
atau skipping class, misalnya karenakemampuannya luar biasa pada salah satu
kelas, maka langsung dinaikkanke kelas yang lebih tinggi satu tingkat (dari
kelas satu langsung ke kelastiga).
c) Penambahan pelajaran dari
tingkatan di atasnya, sehingga dapatmenyelesaikan materi pelajaran lebih awal.
d) Maju berkelanjutan tanpa adanya
tingkatan kelas. Dalam hal ini sekolahtidak mengenal tingkatan, tetapi
menggunakan sistem kredit. Ini berarti anakberbakat dapat maju terus sesuai
dengan kemampuannya tanpa menungguteman-teman yang lainnya.
Segregasi
Anak-anak berbakat dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang
disebut
“ability grouping” dan diberi kesempatan untuk memperoleh
pengalaman
belajar yang sesuai dengan potensinya. Mengenai sistem
penyelenggaraan pendidikan, selain yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa
sistem dalam pendidikan bagi anak berbajat, yaitu; (1) Sekolah khusus, (2)
Kelas khusus, dan (Terintegrasi dalam kelas regular atau normal dengan
perlakukan khusus.
Model pertama dan ke dua nampaknyabanyak mengundang kritik,
karena cenderung eksklusif dan elit, sehingga bias menimbulkan kecemburuan
sosial. Kedua sistem ini hanya bisa dilakukan untuk bidang-bidang tertenu saja.
Model yang kini populer adalah sistem dimana anak-anak
berbakat diintegrasikan dalam kelas reguler atau normal.Cara ini mempunyai
banyak keuntungan bagi perkembangan psikologis dan sosial anak. Hal yang
menyulitkan adalah bagaimanakah perhatian diberikan secara berbeda melalui apa
yang disebut “pengajaran yang diindividualisasikan”, yaitu settingnya kelas tetapi
perhatian diberikan kepada individu anak. Konsekwensinya perlu kurikulum yang
fleksibel, yaitu kurikulum yang berdiferensiasi, yang bisa mengakomodasi
anak-anak biasa dan anak berbakat.
Pada dasarnya penyelenggaraan pendidikan anak berbakat
menyangkut bagaimana anak-anak diperlakukan di sekolah melalui sistem
pengelompokkan.Sistem pengelompokkan bermacam-macam, tetapi intinya ada dua,
yaitu pengelompokkan homogen dan heterogen.Dasar pengelompokkan bisa berupa
jenis kelamin, tingkat kemampuan belajar, atau minat-minat khusus pada mata
pelajaran tertentu.
Fahrle, Duffi dan Schulz (1985) dalam DediSupriadi (1992;
23) mengemukakan bahwa program pendidikan untuk anak-anak berbakat harus
memberikan kepada anak-anak dua macam pengalaman yang bernilai sosial.Pertama
mereka harus memiliki kesempatan untuk bergaul secara luas dan wajar dengan
teman-teman sebayanya.Kedua program pendidikan untuk anak-anak berbakat harus
menyediakan peluang kepada peserta didik untuk secara intelektual tumbuh
bersama rekan-rekan sebayanya.
Sistem manapun yang dipilih, penyelenggara harus tetap
berpegang pada
prinsip bahwa pendidikan itu tidak boleh mengorbankan fungsi
sosialisasi nilai-nilai budaya (toleransi, solidaritas, kerja sama) kepada
anak. Program pendidikan untuk anak-anak berbakat tidak identik dengan
perlakuan yang eksklusif dan elitis, melainkan semata-mata supaya untuk
memberikan peluang kepada anak didik untuk berkembang sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
Dalam layanan pendidikan bagi anak berbakat, khususnya pada
jenjang sekolah dasar di Indonesia saat ini adalah sistem yang terpadu, yakni
anak-anak berbakat masuk ke sekolah yang samaadian mereka diperlakukan dengan
system pengajaran yang dindividualisasikan, yakni sistem yang memberikan
perhatiansecara individual kepada setiap siswa dalam kelas biasa. Dengan
demikian yang diperlukan dalam layan pendidikan bagi anak berbakat khususnya
pada sekolah dasar, bukanlah sekolah, kelas, ataupun kurikulum khusus,
melainkan modifikasi kurikulum dan sarana pendukungnya agar sesuai dengan
kebutuhan anak-anak berbakat.
3. Model Penilaian
Pada bagian bagian identiffikasi telah dikemukakan trntsng
penilsisn snsk
berbakat, pada bagian ini akan dikemukakan alat dan aspek
penilaian. Proses penilaian pada anak berbakat sebetulnya tidak berbeda dari
penilaian pada umumnya, namun karena pada cakupan kurikulum berbeda, maka akan
berbeda dalam penerapan penilaian.
Penerapan penilaian mencakup ciri-ciri belajar yang
berkenaan dengan tingkat berfikir tinggi.Biasanya anak berbakat sering mampu
menilai hasil kinerjanya sendiri secara kritis. Selain itu setiap anak tersebut
harus memperoleh
umpan balik tentang hasil kinerjanya secara terbuka (Conny
Semiawan; 1994; 273).
Biasanya penilaian yang menunjuk pada suatu asesmen
dilakukan oleh guru
yang bukan saja mengenal muridnya, melainkan juga melatih,
mendidik dan mengamatinya sehari-hari. Asesmen ini adalah langkah dalam proses
penyerahan
dan penempatan tertentu dan merupakan rangkaian upaya
perolehan informasi dan bukan semata-mata hasil proses tersebut.
Tujuan pengukuran pada dasarnya berbeda-beda, bila
hendakmembandingkan anak tertentu, maka gunakan pengukuran acuan norma dengan :
- Membandingkan
anak berbakat dengan seluruh populasi.
- Membandingkan
anak berbakat dengan teman sebaya.
- Membandingkan
anak berbakat dengan populasi anak berbakat lagi.
- Membandingkan
anak berbakat dengan dirinya sendiri.
Sedangkan proses dan produk belajar yang mengacu pada
ketuntasan belajar
menggunakan instrumen dan prosedur yang merupakan :
- Pengejawantahan
dari kekhususan layanan pendidikan anak berbakat.
- Hasil
umpan balik untuk keperluan tertentu.
- Pemantulan
tingkat kemantapan penguasaan suatu materi sesuai sifat,keterampilan,
kemampuan maupun kecepatan belajar seseorang.
4. Guru Anak Berbakat
Untuk menangani anak berbakat di Sekolah Dasar, tentunya
membutuhkan
guru-guru yang memiliki kemampuan yang khusus. Dalam hal ini
David G. Armstrong And Tom V. Savage (1983; 334) mengutip pendapat James O.
Schnur (1980) sebagai berikut; “most descriptions of capable teachers of the
gifted and talnted”. Deskripsi kemampuan guru yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
- Memiliki
kematangan dan keamanan.
- Memiliki
kreativitas dan fleksibilitas.
- Memiliki
kemampuan mengindividualisasikan materi pelajaran.
- Memiliki
kedalaman pemahaman terhadap pengajaran.
- G. PROBLEM
ANAK BERBAKAT
Keberbakatan menimbulkan permasalahan bagi penyandangnya
apabila mereka tidak memperoleh dukungan dan bantuan yang
diperlukannya.Permasalahan itu terutama timbul pada masa remaja. Buescher dan
Higham (1990) mengemukakan bahwa anak anak berbakat antara usia 11 dan 15 tahun
sering menghadapi berbagai masalah sebagai akibat dari keberbakatannya yang
meliputi: perfeksionisme, competitiveness, penilaian yang tidak realistis
terhadap keberbakatannya, penolakan dari teman sebaya, kebingungan akibat
“pesan-pesan” yang beraneka ragam sehubungan dengan bakatnya, dan tekanan dari
orang tua serta masyarakat agar berprestasi, di samping permasalahan yang
ditimbulkan oleh terlalu tingginya ekspektasi terhadap diri mereka.
Beberapa anak berbakat mengalami kesulitan dalam mendapatkan
dan memilih teman, memilih jurusan di sekolah atau perguruan tinggi, dan
akhirnya juga mengalami kesulitan dalam memilih karir.Masalah-masalah
perkembangan yang dialami oleh semua remaja juga dialami oleh remaja berbakat
tetapi masalahnya dibuat lebih kompleks oleh kebutuhan khusus dan karakteristik
anak berbakat.Kemudian kesulitan utama remaja berbakat Salah satu nya juga
disebabkan karena lingkungan belajar yang kurang menantang kepada mereka
untukmewujudkan kemampuannya secara optimal.
Permasalahan tersebut sering di perdebatkan karena Di sisi
lain memang masih adanya suara-suara sumbang yang menyangsikan keberhasilan
pendidikan khusus bagi siswa cerdas dan berbakat. Kubu ini berpendapat bahwa
penyelenggaraan pendidikan khusus bagi siswa cerdas dan berbakat lebih banyak
mudaratnya ketimbang manfaatnya dan tidak mencerminkan alam demokratis,
membentuk kelompok elit dan merupakan pemborosan.Beberapa alasan mengapa
anak berbakat perlu diberikan pendidikan khusus (diutip dari soreson,1988).
- Keberbakatan
muncul dari proses interaktif, dimana tantangan dari rangsangan lingkungan
membawa keluar kapasitas yang dimiliki diri sendiri dan memprosesnya.
- System
politik dan sosial kita bersandar pada prinif demokratis, jika sekolah
mnediakan kesempatan pendidikan yang sama untuk semua anak, ini berarti
mengingkari adanya hak perkembangan pendidikan yang cocok bagi anak
berbakat.
- Anak
berbakat dapat segera menemukan gagasan dan minat mereka yang berbeda dari
anak sebayanya.
- Jika
pendidik mempertimbangkan kebutuhan anak berbakat dan mendesain program
pendidikan yang memenuhi kebutuhanya,maka siswa akan menunjukkan prestasi
dan perkembangan yang luar biasa, sesuai dengan rasa kompetisi dan
kesehaan mentalnya.
- Kontribusi
anak berbakat pada masyarakat berada pada seluruh aspek kehidupan, dan
proporsional dalam keseluruhan. Masyarakat akan banyak membutuhkan siswa
seperti ini
Masalah anak berbakat lebih rawan dari pada anak
biasa.Anak-anak dengan bakat luar biasa ternyata besar kemungkinannya untuk
gagal maupun sukses pada masa dewasa.Kebanyakan dari mereka tidak sukses pada
masa dewasa karena perlakuan yang mereka alami dan dalam beberapa kasus
direngut dari masa kanak-kanak.Dalam beberapa kejadian, orang tua menekan
anaknya begitu keras atau malah dipisahkan dari kelompok sebayanya, sehingga
akhirnya hanya mempunyai sedikit teman .karena anak berbakat lebih rawan dari
pada anak biasa, anak berbakat harus lebihdi berikan perhatian khusus.
- H. KONSEP
RENZULLI
Keberbakatan terdiri atas suatu interaksi di antara tiga kluster
dasar dari sifat manusia – ketiga kluster itu di antaranya : kemampuan di atas
rata-rata, tingkat tinggi akan komitmen terhadap tugas, dan tingkat kreativitas
yang tinggi. Anak gifted dan talented adalah yang memiliki atau mampu
mengembangkan seperangkat sifat-sifat ini dan menerapkannya ke dalam bidang
kinerja manusia yang bernilai secara potensial. Anak-anak yang
memanifestasikan, atau yang mampu mengembangkan, suatu interaksi di antara tiga
kluster menghendaki suatu variasi yang luas kesempatan dan layanan pendidikan
yang tidak diberikan secara biasa melalui program instruksional yang regular.
Berikut secara satu persatu akan dijelaskan kluster dalam
keterbakatan renzulli:
a. Above average ability
(kemampuan diatas rata – rata)
Kemampuan di atas rata – rata yang dimaksud adalah kemampuan
umum dan kemampuan spesifik. Kemampuan umum misalnya : kemampuan verbal, music,
logika hitungan, spasial, dll. Sedangkan kemampuan spesifik misalnya :
kemampuan dalam bidang kimia, matematika, komposisi music, patung, fotografi
dll.
Kemampuan spesifik mempunyai hubungan dengan kemampuan umum,
sehingga potensi dalam bidang ini dapat diukur melalui tes intelegensi
b. Task commitment (tanggung
jawab pada tugas)
Dapat ditunjukkan dengan karakter berikut :
- Kapsitas
tinggi dalam hal minat, antusiasme, ketertarikan, dan keterlibatan dalam
suatu masalah, bidang studi, ataupun bentuk ekspresi manusia tertentu.
- Kapasitas
dalam hal ketekunan, keuletan, determinasi, kerja keras dan latihan
khusus.
- Memiliki
rasa percaya diri, ego yang kuat, suatu keyakinan pada diri, serta
dorongan untuk berprestasi.
- Kemampuan
untuk mengidentifikasi masalah
- Kemmapuan
mendengar dan berkomunikasi dalam berbagai cara.
- Membuat
standar kerja yang tinggi, memelihara keterbukaan diri dari kritik luar.
- Mengembangkan
cita rasa seni
- Kualitas
dan keunggulan dalam pekerjaan.
c. Creativity (kreatifitas)
Dapat ditunjukkan dengan karakter berikut :
- Kelancaran
dan keluwesan dalam berfikir
- Ketebukaan
terhadap pengalaman,penerimaan terhadap suatu yang baru dan berbeda
- Rasa
ingin tahu, spekulatif, memiliki jiwa petualangan, dan mampu menyesuaikan
diri secara mental, menerima resiko dalam pikiran, perilaku bahkan jika
ada hambatan.
- Peka
terhadap detail, cita rasa seni dalam gagasan dan segalanya, mau bertindak
dan bereaksi terhadap rangsangan luar serta gagasan dan perasaan oran
lain.
Maksud definisi Renzulli, bahwa anak-anak berbakat akan
dapat berkembang secara optimal, manakala mereka mendapatkan pengalaman yang
cukup dan memadai melalui program pendidikan yang sesuai dengan potensi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar