Minggu, 26 Januari 2014
In:
Materi TIK
Makalah Tuna Wicara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap
anak yang lahir di dunia adalah anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Esa
kepada setiap orang tua. Adapun setiap anak terlahir dengan sempurna ataupun
terlahir secara istimewa memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari orang
tua maupun lingkungan sekitar.
Salah
satu anak luar biasa atau istimewa itu adalah anak tuna wicara. Anaktunawicara,
mereka sebenarnya sama dengan anak normal pada umumnya tetapi mereka mempunyai
hambatan dalam berbicara. Dengan kondisi ini seperti ini maka pentingnya pemahaman
yang harus dimiliki setiap orang tentang tuna wicara agar anak mendapatkan hak
yang sesuai dengan kebutuhannya. Inilah yang menjadi latar belakang pembuatan
makalah ini.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa
yang dimaksud dengan tunawicara?
1.2.2 Apa
saja faktor penyebab tunawicara?
1.2.3 Apa
saja klasifikasi tuna wicara?
1.2.4 Apa
saja karakteristik anak tuna wicara?
1.2.5 Apa
saja hambatan
dan gangguan anak tunawicara?
1.2.6 Bagaimana
bantuan atau penanganan yang harus dilakukan pada anak tuna wicara?
1.2.7 Bagaimana
pendidikan anak tuna wicara?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui
pengertian tunawicara
1.3.2 Mengetahui
faktor penyebab tunawicara
1.3.3 Mengetahui
klasifikasi tunawicara
1.3.4 Mengetahui
karakteristik dan gejala tunawicara
1.3.5 Mengetahui
hambatan dan gangguan anak tunawicara
1.3.6 Mengetahui
bantuan yang dapat diberikan pada tunawicara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tunawicara
Menurut Heri
Purwanto dalam buku Ortopedagogik
Umum (1998) tuna
wicara adalah apabila seseorang mengalami kelainan baik dalam pengucapan
(artikulasi) bahasa maupun suaranya dari bicara normal, sehingga menimbulkan
kesulitan dalam berkomunikasi lisan dalam lingkungan.
Sedangkan menurut Menurut
Frieda Mangunsong,dkk dalam Psikologi
dan Pendidikan Anak Luar Biasa, tuna
wicara atau kelainan bicara adalah hambatan dalam komunikasi verbal yang
efektif. Kemudian
menurut Dr. Muljono Abdurrachman dan Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan
Luar Biasa Umum (1994) gangguan wicara atau tunawicara adalah
suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi dari bunyi bicara, danatau
kelancaran berbicara.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak
tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam
komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
2.2 Faktor Penyebab Tuna Wicara
Drs.Sardjono mengutip (Moh.
Amni dkk,1979,hal 23) Anak tunawicara dapat terjadi karena gangguan ketika
:
1. Sebelum anak
dilahirkan/ masih dalam kandungan (pre natal)
2. Pada
waktu proses kelahiran dan baru dilahirkan (umur neo natal)
3. Setelah
dilahirkan ( pos natal)
2.1.Gangguan
pre natal
a. Hereditas
(keturunan)
Yaitu apabila anak
tunawicara sejak dalam kandungan karena diantara keluarga terdapat tunawicara
atau membawa gen tunawicara sehingga ketika lahir anak tersebut memiliki
gangguan tunawicara. Ini disebut dengan tuli genetis. Perbedaan rhesus ayah dan
ibu juga dapat menyebabkan abnormalitas pada kelahiran anak.
b.Anoxia
Kekurangan oksigen dalam
janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan syarafyang menyebabkan
ketidaksempurnaan organ salah
satunya aorgan bicara seperti pita suara,tenggorokan,lidah,dan
mulut.
2.2 Gangguan
neo natal
Prematur
Bayi-bayi prematur yang
lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir dengan organ tubuh yang belum
sempurna dapat mengakibatkan kebisuan yang kadang disertai ketulian. Kurangnya
berat pada ketika lahir juga dapat menyebabkan jaringan-jaringan
2.3 Gangguan
pos natal
a. Infeksi
Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya
campak yang menyebabkan tuli
preseftik,virus akan mennyerang cairan
koklea,menyebabkan
anak menderita otitis media
(koken). Akibat yang sama
akan terjadi bila anak menderita scaerlet fever,dipteri, batuk hejang
atau tertular sifilis.
b. meningitis(radang selaput
otak)
Penderita akan mengalami kelainan pada
pusat syraf pendengaran dan akan mengalami ketulian
perseptif.
c. infeksi alat pernafasan
Seseorang dapat menjadi tuna wicara apabila
terjadi gangguan pada organ pernafasan seperti
paru-paru, laring, atau gangguan pada mulut
dan lidah.Kelainan bahasa dan bicara seringkali
berkaitan dengan kelainan
yang lain. FriedaMangunsong dkk
dalam buku Psikologi
dan
Pendidikan Anak Luar Basa mengutipNelson (1993) secara
spesifik
mengemukakakan
faktor-faktor yang berkaitan dalam bicara yaitu :
1Faktor
Sentral
Yaitu berhubungan dengan
susunan syaraf pusat,yaitu
1.1 ketidakmampuan
berbahasa secara spesifik
1.2 keterbelakangan
mental
1.3 luka otak
(brain injury)
1.4 autisme
1.5 defisit dalam
hal perhatian dan hiperaktivitas, dll
2.Faktor
Periferal
Berhubungan dengan gangguan sensoris atau fisik,yaitu
2.1 Gangguan
pendengaran
2.2 Gangguan
penglihatan
2.3 Gangguan
fisik
3.Faktor
Lingkungan
Disebabkan oleh faktor lingkungan dan psikologik,
seperti
3.1 Penyia-nyian dan penganiayaan
3.2 Masalah perkembangan perilaku dan emosi
4.Faktor
campuran
Yaitu kombinasai atau
gabungan dari faktor-faktor diatas.
Dalam buku Psikologi dan
Pendidikan Anak Luar Biasa (1998) Frieda Mangunsong dkk mengemukakan Tunawicara
juga dapat disebabkan oleh :
4.1.Gangguan
kelancaran bicara
4.2.Kelainan
artikulasi
4.3.Kelainan
suara
4.4.Kelainan
bahasa
1. Gangguan
kelancaran bicara
Gangguan
kelancaran bicara sering disebut dengan gagap. Gagap dapat disebabkan berbagai
faktor yaitu :
1.1 gangguan
emosi
1.2 kerusakan
otak
1.3 kerusakan
syarat
1.4 gangguan
organ bicara
2. Kelainan
artikulasi
Kelainan
artikulasi adalah keadaan dimana suara bahasa diganti, dihilangkan, dirambah
atau didistorsikan. Kelainan ini disebabkan dari kesalahan memproduksi bunyi
yang mengakibatkan kebiasaan. Kesalahan memproduksi suara diakibatkan karena
koordinasi otot-otot mulut dan wajah yang tidak kuat. Selain itu kelainan
artikulasi juga disebabkan oleh lingkungan anak, karena seorang anak belajar
berbicara melalui proses peniruan atau imitasi, jika dalam lingkungannya
terdapat kesalahan dalam artikulasi makan kemungkinan anak tersebut juga akan
mengalami kesalahan dalam artikulasi
3. Kelainan
suara
Kelainan suara dapat
disebabkan oleh
3.1 penyakit
seperti laringitis yang menyebabkan suara menjadi serak
3.2 Terdapat
tumor pada pita suara
3.3 Kelainan pada
pitch atau tinggi rendahnya nada. Suara terlalu tinggi,rendah, atau monoton
4.Kelainan
bahasa
Kelainan bahasa disebabkan
disfungsi susunan syaraf pusat atau kerusakan susunan syaraf pusat yang secara
medis sulit diperbaiki.
2.3 Klasifikasi Tunawicara
Dalam buku Ortopedagogik Umum(1998), Heri Purwanto
mengemukakan tunawicara
secara umum diklasifikasikan menjadi 4 bagian,yaitu
1 Keterlambatan
bicara (Delayed speech )
Yaitu
seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicaranya jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
2 Gagap (stuttering)
Yaitu
kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa,
a. Pemanjangan
fonom atau suku kata depan (prolongation),
b. Pengulangan
suku kata depan ( repetition ),
c. Gerak mulut
berbicara namun tidak keluar suara ( silent struggle )
d. Anak
dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya berupa bicara terlalu
cepat,
struktur
kalimat tidak karuan, repitisi berlebihan.
3.kehilangan
kemapuan berbahasa(disphasia).
Yaitu kehilangan kemampuan berbahasa mulai
dari kesalahan dalam inti pembicaraan sampai
Tidak dapat bebicara sama sekali.
4. Kelainan suara(voice
disorder)
Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak
normal. Adapun kelainan suara berupa
a.Kelainan nada(pitch)
Kelainan nada bicara dapat berupa nada
terlalu tinggi, terlalu rendah, atau monoton.
b.Kelainan kualitas suara
Kelainan kualitas atau warna suara
berupa serak, lemah, atau desah.
c.Kelainan keras lembutnya suara.
Kelainan ini dapat berupa suara keras
ataupun suara lembut
2.4 Karakteristik
tuna wicara
Menurut
Heri Purwanto dalam Ortopedagogik umum (1998) yang merupakan
karakterisktik anak tunawicara adalah :
1.Karakteristik
bahasa dan wicara
Pada umumnya anak
tunawicara memiliki kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara bila
dibandingkan dengan
perkembangan bicara anak-anak normal.
2. Kemampuan
intelegensi
Kemamapuan
intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya pada skor IQ
verbalnya akan lebih rendah
dari IQ performanya
3. Penyesuaian
emosi,sosial dan perilaku
Dalam melakukan interaksi
sosial di masyarakat banyak mengandalkan komunikasi verbal, hal ini
yang menyebabkan tuna wicara
mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak
tunawicara terkesan agak
eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
Sedangkan yang merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak
tunawicara adalah .
a. Berbicara keras dan
tidak jelas
b. Suka melihat gerak
bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
c. Telinga mengeluarkan
cairan
d. Biasanya Menggunakan
alat bantu dengar
e. Bibir sumbing
f. Suka
melakukan gerakan tubuh
g. Cenderung
pendiam
h. Suara
sengau
i.
Cadel
2.5 Hambatan yang dialami anak
tunawicara
Anak tunawicara
memiliki keterbatasan dalam berbicara atau komunikasi verbal, sehingga mereka
memiliki hambatan dan kesulitan dalam berkomunikasi dan menyampaikan apa yang
ingin mereka rasakan. Kesulitan dalam berkomunikasi akan semakin parah apabila
anak tunawicara ini menderita tungarungu juga. Adapun
hambatan - hambatan yang sering ditemui pada anak tuna wicara :
a. Sulit berkomunikasi dengan orang lain
b. Sulit bersosialisasi.
c. Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya.
d. Perkembangan pskis terganggu karena merasa
berbeda atau minder.
e. mengalami gangguan dalam perkembangan
intelektual, kepribadian, dan kematangan sosial.
2.6 Penanganan pada anak tuna wicara
2.6.1 Latihan Artikulasi
Artikulasi adalah gerakan
otot-otot dari langit-langit, rahang lidah dan bibir yang perlu untuk bicara.
(Drs.Sardjono,1990, Ortopedagogik tuna rungu-wicara). Sardjono
mengutip De vreede Varekamp (1973) ada 4 latihan yang perlu dilakukan dalam
membantu anak tunawicara, yaitu
a. Latihan meniup
b. Latihan bibir
c. Latihan lidah
d. Latihan velum (untuk anak yang
berbicara sengau)
2.6.2 Terapi Wicara (speech
therapy)
Yaitu
pengembangan kemampuan bicara anak tuna wicara dengan melatih pengucapan oral (
mulut ).
2.6.3 Speech development
Yaitu
pengembangan kemampuan bicara. Anak tunawicara dapat diajar berbicara. Dalam
masyarakat
masih banyak orang yang berfikir bahwa anak tuna wicara tidak
dapat membawa
suara.
Pendapat ini salah sebab anak tuna wicara dapat bersuara. Hal ini tergantung
melatih
suara
tersebut untuk berbicara.
2.6.4 speech Improvement
Yaitu
segala macam usaha yang berhubungan dengan pengembangan kemampuan bicara.
Contoh
: grammar, spelling, reading, dam comprehension. Setelah anak terbiasa
mengucapkan
kata-kata
dengan baik maka perlu peningkatan bicara dengan menambah beberapa
perbendaharaan
kata.
2.6.5 Speech correction
Yaitu
suatu pembetulan bicara yang brbau terapi, dengan cara membetulkan dan
mengoreksi
zistilah-istilah yang tidak
benar.
2.6.6 Speech education
Yaitu
pendidikan bicara dan berbahasa.Cara membantu tunawicara:Cara untuk membantu
anak tunawicara adalah :
a) Bicara
harus jelas dengan ucapan yang benar
b) Gunakan
kalimat sederhana dan singkat
c) Gunakan
komunikasi non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan
d) Gunakan
pulpen dan kertas untuk menyampaikan pesan
e) Bicara
berhadapan muka
f) Latihan
gerak bibir dengan cermin
g) Latihan menggunakan
bahasa isyarat
(ABK TUK TENDIK.pdf Revisi I :
Yogyakarta, 23-26 Maret 2010 dr Yulia Suharlina dan Hidayat)
Cara
membantu anak dengan hambatan berbicara dan bahasa
Beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan hambatan bicara dan bahasa
adalah
a.
Tidak menuntut anak untuk berbicara menggunakan tata
bahasa yang benar. Yang utama adalah
b.
menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk
anak berlatih bicara.
c.
Saat mengajak anak berbicara, hindari hal-hal lain
yang mungkin dapat mengganggu, seperti radio dan televisi yang menyala.
d.
Tidak terlalu banyak melakukan kritikan atas bicara
dan bahasa anak, sehingga anak tidak tertekan ketika berbicara dan berbahasa.
e.
Ijinkan anak untuk berhenti bicara jika anak merasa
tidak nyaman.
f.
Jangan meminta
anak untuk mengulangi ucapannya.
g.
Orang dewasa harus berbicara dengan pelan dan jelas
pada anak agar dapat ditangkap dan dicontoh maksudnya.
h.
Biarkan anak berbicara dan mengucapkan kalimatnya
sampai selesai, jangan pernah dipotong pembicaraannya.
i.
Menatap mata anak ketika berbicara dan tidak
menunjukkan kekecawaan atas proses bicara dan berbahasa anak.
j.
Terus melatih anak dengan memberikan contoh yang baik
dan selalu berbicara dengan jelas.
2.7 Pendidikan bagi anak tuna wicara
Anak
tuna wicara perlu di tampung dan diberi pendidikan seperlunya disesuaikan
dengan ketunaannya. Sekolah yang khusus menanpung anak tuna wicara disebut
sekolah luar biasa bagian B. (SLB B). Berpangkal pada ketentuan-ketentuan bahwa
:
“-segala
warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahaan…….. (pasal
27 ayat 1 UUD 45). Kemudian bahwa :
-tiap-tiap
arga Negara berhak mendapatkan pengajaran ( pasal 31 ayat 1 UUD 45)
Juga
dalam uu no.12 tahun 1954 sebagai undang-undang pokok pendidikan, menetapkan
antara lain sebagai berikut :
a.Pendidikan
dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam pancasila,
undang-undang dasar nedara republic Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan
(bab III, pasal 4 )
b.Pendidikan
dan pengajar luar biasa di berikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan
(pasal 6 ayat 2)
c.Pendidikan
dan pengajaran luar biasa bermaksud pada orang-orang yang dalam keadaan
kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya, supaya mereka dapat memiliki
kehidupan lahir batin yang layak (pasal 7 ayat 5).
Berdasarkan
pedoman pelaksanaan kurikulum slb untuk tuna rungu wicara bagian B tahun 1977
buku III A 1 dijelaskan kurikulum SLB / B 1976 mengarahkan pada suatu
pengajaran bahasa untuk membentuk tuna rungu wicara yang memiliki sikap dan
bagian mata, dimana diperhatikan ke seluruhan hidup manusia yang cacat
pendengaran dengan segala akibatnya dan kekhasannya sebagai manusia “Pemata”
dan diusahakan menyusun hubungan pengertian yang akumulatif dengan keadaan
hidup sesengguhnya, yang mencakup kenyataan dan lingkunagan sekitar,
tetapi tugas – tugas sosial, budaya dana politik dalam masyarakat.
Adapun
tujuan pendidikan bagi tuna rungu wicara agar anak dalam proses belajar
mengajar dapat secara langsung berhadapan secara tatap muka agar siswa dapat :
a.Menangkap
bentuk ucapan dana pembendahraan kata.
b.Menambah
bentuk ucapan ungkapan.
c.Menambah
ucapan kalimat.
d.Menambah
keseluruhan isi cakapan.
e.Memanfaat
sisa pendengaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Anak tunawicara adalah individu
yang mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal sehingga
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
Faktor penyebab tuna wicara
disebabkan oleh gangguan pada sebelum kelahiran (pre natal) , saat kelahiran
(neo natal) dan setelah kelahiran (pos natal)
Klasifikasi anak tuna wicara
antara lain keterlambatan bicara, gagap,
Tuna wicara dapat di
Karakteristikkan menjadi 3 yakni bahasa dan wicara , kemampuan
intelegensi dan penyesuaian emosi,sosial dan perilaku.
Hambatan yang dialami anak
tunawicara antara lain , Sulit berkomunikasi dengan orang lain: Sulit
bersosialisasi, Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya, Perkembangan pskis
terganggu karena merasa berbeda atau minder, mengalami gangguan dalam
perkembangan intelektual, kepribadian, dan kematangan sosial.
Penanganan anak tunawicara
dapat dilakukan dengan cara , latihan
Artikulasi, Terapi
Wicara (speech therapy), Speech
development, Speech
Improvement ,Speech
correction, Speech
education.
3.2 SARAN
Anak tuna wicara harus
dibantu agar dapat bersosialisasi dengan orang lain sehingga ia tidak dipandang
melalui kekurangannya. Anak tuna wicara juga dapat dilatih seperti manusia
normal pada umumnya, namun mereka hanya sulit berbicara. Tuna wicara juga memerlukan
pendidikan yang dapat mendukung mereka serta menghilangkan hambatan – hambatan
pada diri mereka seperti sekolah- sekolah umum dan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman,
Muljono dan Sudjadi, (1994), Pendidikan Luar Biasa Umum .Jakarta:
Departemen pendidikan dan kebudayaan
Mangunsong,
Frieda, dkk.( 1998), Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa.
Jakarta: LPSP3 UI
Purwanto,
Heri,( 1998), Ortopedagogik Umum. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Sardjono,(1990), Orthopaedagogiek
Lanjut. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar